susu kecoa, nutrisi masa depan manusia

Susu umumnya berasal dari sapi atau kambing. Tapi kini peneliti menemukan kecoa juga menghasilkan susu yang bergizi tinggi.

Sudah sejak lama negara Asia, khususnya China memanfaatkan kecoa sebagai pengobatan. Belakangan kecoa diternakkan khusus unutk dijadikan camilan dan obat. Sekitar 10 tahun lalu, peneliti menemukan bagian tengah saluran pencernaan kecoa jenis Diploptera punctata mengandung kristal protein susu. Kecoa ini adalah satu-satunya kecoa vivipar yang juga berkembang biak dengan cara melahirkan selain bertelur.

Kegemaran kecoak berkeliaran di tempat-tempat kotor otomatis membuat kita memberikan mereka cap “hewan jorok”. Hewan kecil nan gesit itu memang bisa membuat kita lari tunggang langgang ketika mereka mulai terbang. Tapi kini, pikir dua kali sebelum membunuh kecoak yang Anda temukan di rumah.
Pasalnya, tim ilmuwan di Institute for Stem Cell Biology and Regenerative Medicine India baru saja menemukan bahwa susu kecoak mungkin akan menjadi makanan super atau superfood bagi kita di masa depan.

Sebagian besar kecoak memang berkembang biak dengan cara bertelur. Tetapi spesies kecoak Diploptera punctate menjadi pengecualian.  Spesies ini merupakan satu-satunya kecoak yang berkembang biak dengan cara melahirkan.
 D.  punctate memiliki susu yang mengandung kristal padat protein untuk menyusui anaknya. “Awalnya, kami tidak percaya kristal ini merupakan kristal protein,” kata  Subramanian Ramaswamy, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi.
Tetapi, penelitian lebih lanjut terhadap kristal tersebut menggunakan sinar-X justru mengungkapkan sebaliknya.

Dari eksperimen tersebut, terungkap bahwa susu kecoak termasuk zat paling bergizi dan sarat kalori di planet ini. Kristal yang terdapat dalam susu mengandung lemak, gula, asam amino dan nutrisi lain empat kali lebih banyak daripada nutrisi susu sapi. Dengan demikian, susu kecoak berpotensi besar menjadi makanan bagi populasi manusia yang terus tumbuh di Bumi.
“Ini adalah makanan yang lengkap,” ujar Ramaswamy merujuk pada kristal kecoa. Dalam kantung induk, embrio meneguk cairan. Kemudian protein berubah menjadi kristal padat di dalam perut mereka.
“Tidak ada yang terbuang. Mulut mereka terbuka sementara bagian belakang tertutup rapat,” tutur Ramaswamy saat mendeskripsikan embrio kecoak. Di dalam kantong induknya, bayi kecoak bergantung pada konsentrat nutrisi tersebut untuk tumbuh besar dalam kecepatan alien.

Karena hewan ini tidak memiliki puting, susu kecoak tidak dapat diperah layaknya susu sapi, melainkan akan diolah menjadi semacam ragi. Selain itu, merk “kecoak” tentu tak baik dari segi bisnis.
“Saya tidak berpikir orang-orang bakal suka jika kita memberitahu mereka, ‘Kami mengekstrak kristal dari susu kecoak dan mengolahnya jadi makanan’,” ujar Ramaswamy.

Di samping itu, diperlukan penelitian lebih lanjut dan serangkaian uji coba untuk mengetahui apakah susu kecoak aman untuk dikonsumsi oleh manusia dalam jangka panjang.


sumber : klik